Secara sederhana, majas personifikasi
diartikan sebagai majas yang menampilkan tanaman/tumbuhan, binatang,
makhluk hidup lainnya juga benda-benda lainnya sebagai manusia, atau
memiliki sidat dan perilaku seperti manusia. Bagi beberapa pakar
linguistik, majas ini dimasukkan ke dalam kelompok majas metafora yang
membandingkan dua hal dengans sifat yang serupa. Majas personifikasi ini
merupakan kebalikan atau lawan dari majas depersonifikasi dimana
manusia digambarkan memiliki sifat binatang, tumbuhan serta benda mati
lainnya. Contoh majas personifikasi cukup banyak dan bisa Anda jumpai
baik itu dalam buku fiksi dan juga non-fiksi. Jika Anda sedang mencari contoh majas personifikasi
tersebut, silahkan simak contoh yang kami berikan berikut ini, dan
kemudian susun kalimat dengan majas personifikasi milik Anda sendiri.
Contoh Majas personifikasi dalam kalimat antara lain:
Matahari bangun terlalu pagi, rasanya aku tertidur baru beberapa menit. Teriknya menggelitik wajahku melalui sela-sela jendela. Pelukan hangatnya membuat kantukku hilang. Aku bergegas mengambil handuk dan menghambur ke dalam kamar madi. Aku harus bergegas. Hari ini aku memiliki banyak janji dengan klien. Dan mereka pasti tak akan mendengar ocehanku soal keterlambatan. Tak ada alasan yang benar-benar masuk akal bagi mereka. Celakanya, saat mendakwa satu orang “jam karet”, seluruh warga Indonesia akan didakwa demikian. Iya, mereka memang pengusaha berlabel WNA. Mereka manusia jam yang kaku pada waktu. Jadi, jangan harap ada maklumat untuk mereka yang telat.
Contoh majas personifikasi pada paragraph di atas terlihat jelas pada kalimat “Matahari bangun terlalu pagi.” Kata “bangun” merupakan sifat atau perilaku manusia yang dilekatkan pada matahari yang sebenarnya mengacu pada kata terbit. Majas personifikasi lainnya terlihat jelas pada kalimat “Teriknya menggelitik wajahku”. Terik itu cahaya dan “menggelitik” adalah kemampuan yang dimiliki manusia bukan cahaya yang merupakan benda mati.
Contoh Majas personifikasi dalam kalimat antara lain:
- Angin membelai wajah Rani yang sedang tertidur pulas di bale-bale.
- Matahari sedang cemberut, karena itu langit mendung tidak ceria.
- Hujan memeluk mereka yang sedang bersedih dan menyembunyikan air mata di pipi mereka melalui tetesnya yang syahdu.
- Jalanan menggila dan menyodorkan mereka penat, terutama di jam-jam macet yang menggila.
- Bulan menjanjikan keteduhan hati bagi mereka yang sedang mencinta.
- Mobil begitu ribut dan berebut jalan terutama di jam pulang kantor.
- Televisi menyajikan sarapan berita setiap harinya, baik itu berita buruk maupun baik.
- Bunga sakura menggelitik mataku dengan warna mereka yang cerah dan hangat.
- Tanah merindukan setiap manusia, saat kita hidup kita menginjakknya, tetapi kelak kita akan lebur di dalamnya.
- Ada banyak puisi yang memeluk mereka yang sedang patah hati.
- Lirik lagu itu menembak ulu hatiku.
- Badai berjalan-jalan di tanah yang datar dan membuat semuanya berantakan, porak-poranda!
Matahari bangun terlalu pagi, rasanya aku tertidur baru beberapa menit. Teriknya menggelitik wajahku melalui sela-sela jendela. Pelukan hangatnya membuat kantukku hilang. Aku bergegas mengambil handuk dan menghambur ke dalam kamar madi. Aku harus bergegas. Hari ini aku memiliki banyak janji dengan klien. Dan mereka pasti tak akan mendengar ocehanku soal keterlambatan. Tak ada alasan yang benar-benar masuk akal bagi mereka. Celakanya, saat mendakwa satu orang “jam karet”, seluruh warga Indonesia akan didakwa demikian. Iya, mereka memang pengusaha berlabel WNA. Mereka manusia jam yang kaku pada waktu. Jadi, jangan harap ada maklumat untuk mereka yang telat.
Contoh majas personifikasi pada paragraph di atas terlihat jelas pada kalimat “Matahari bangun terlalu pagi.” Kata “bangun” merupakan sifat atau perilaku manusia yang dilekatkan pada matahari yang sebenarnya mengacu pada kata terbit. Majas personifikasi lainnya terlihat jelas pada kalimat “Teriknya menggelitik wajahku”. Terik itu cahaya dan “menggelitik” adalah kemampuan yang dimiliki manusia bukan cahaya yang merupakan benda mati.